Epilog Vol 1 Ura Gyaru-chan no Adobaisu wa 100-Pāsento Ataru. "Datte Kimi no Suki na Seijo-sama, watashi no Koto Dakara ne."

 Epilog


PoV

Tsuchiya Bunta


Aku ingin memperdalam hubunganku dengan sang gadis suci.

Dan yang menantiku setelah memberanikan diri menyampaikan isi hatiku adalah──

“Bagaimana kalau aku tukar deh, monster dewa milikmu dengan monster cupu milikku──si ‘Hadakadepa Bocah’?”

“Itu tukarannya keterlaluan banget!?”

Pagi hari, di kursi berdua kereta saat berangkat sekolah.

Aku dan Urakawa-san sedang bermain game penangkap dan pelatih monster, yang biasa disebut Bakemon.

Begitu tahu kalau monster hasil tangkapan bisa ditukar dengan teman, Urakawa-san menunjukkan senyum licik dan jadilah situasinya seperti sekarang.

“Ya, aku tahu. Kamu pasti merasa tidak enak menerima Bakemon yang sudah aku rawat dengan penuh kasih sayang, kan?”

“Kebalik, justru! ‘Hadakadepa Bocah’ itu monster yang muncul di awal banget permainan, kan!?”

“Jadi, jangan khawatir. Ambil saja, pencuri.”

“Berhentilah bersikap seolah-olah kamu dermawan!”

“Ngomong cewek dermawan? Uwah, pelecehan nih. Kamu parah, Otaku-kun.”

“Secara teknis, justru aku yang sedang kena power harassment di sini ya!?”

“Cewek mau kasih hadiah, ya kamu terima saja dengan manis.”

“Itu hukuman, bukan hadiah, kan!? Eh, aah! Sejak kapan kamu—!?”

“Hiks. Semoga bahagia ya, ‘Hadakadepa Bocah’.”

“Nama panggilan!? Jangan bilang kamu kasih nama panggilanku ke monster cupu ini!?”

“Soalnya mirip banget kan?”

“Aku tidak telanjang, dan gigiku tidak maju juga, oke!?”

“Wah, semangat banget ya. Senang banget dapat hadiah, ya? Tapi kamu tidak usah bilang makasih kok. Aku ngasih ini bukan karena ingin diapresiasi. Lagipula, antara aku dan Otaku-kun, hal kayak gini sudah biasa saja sih.”

“Main bola tangkap! Tolong lakukan percakapan seperti main bola tangkap! Ini malah jadi dodgeball!”

Secara refleks aku menimpali, dan pandanganku bertemu dengan pandangan Urakawa-san. Kami berdua langsung “fufu” tertawa kecil, lalu tertawa terbahak-bahak bersama.

──Yang menanti si pengecut yang akhirnya berani melangkah lebih dekat pada orang lain… adalah kelanjutan dari peran sebagai sampel.

Urakawa-san menyeka air matanya dengan saputangan hitam. Melihat pemandangan itu, aku benar-benar bersyukur telah memberanikan diri.

Berkat itu, aku bisa kembali menjalani perjalanan berangkat dan pulang sekolah yang menyenangkan seperti ini──meski tetap jadi bahan olok-olok… eh maksudku, teman ngobrol.

Tapi tetap saja, ada satu hal yang sangat mengganggu pikiranku.

“Ngomong-ngomong, ehm, ada sesuatu yang ingin kutanyakan.”

“Hmm?”

“Soal ini, eh──”

Aku mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasinya.

Pesan “Aku ingin terus bertemu dan berbicara denganmu, dan menjadi lebih dekat” yang penuh dengan perasaan itu terangkum dalam satu kalimat: ‘Aku ingin menjalin hubungan jangka panjang denganmu.’

Meskipun bukan dalam konteks cinta, ini jelas merupakan pengakuan terbesar dalam hidupku.

Dan balasan dari sang gadis suci adalah──

──sebuah stiker pendakian. Di puncaknya, terdapat sekuntum bunga yang mekar.

Tak perlu ditanya, saat aku melihat balasan itu, aku hanya bisa melongo, kebingungan.

Eh? Eh? Apa ini? Pendakian? Maksudnya apa? Apakah ini menandakan bahwa “menjalin hubungan jangka panjang” adalah perjalanan yang panjang dan berat?

Kalau begitu, apakah pengakuanku baru saja ditolak secara halus?

Apakah ini sama saja dengan “tidak banget”?

Aku benar-benar tak paham maksudnya──!?

Meski aku coba meminta penjelasan tambahan, sejak saat itu tak ada balasan lagi dari sang gadis suci.

Sebelum aku sadar, aku masih menjalani peran sebagai “sampel orang biasa.” Meski ini jelas keberuntungan yang luar biasa, tetap saja… rasanya ada yang mengganjal di hati…!

“.....”

Begitu melihat stiker itu, wajah Urakawa-san langsung berpaling ke arah jendela.

Dia tampak sedikit canggung… atau mungkin malah malu?

Jelas-jelas itu bukan sikap yang biasa dia tunjukkan.

T-tunggu, reaksi ini… jangan-jangan──!?

Seperti yang diharapkan dari sahabat sang gadis suci. Mungkin dia sudah tahu arti sebenarnya dari stiker itu!

“Jangan-jangan kamu tahu sesuatu, ya? Tolong beritahu aku! Aku terus kepikiran!”

“Ah—, ya, itu… hmm…”

“Kenapa malah memalingkan wajah!? Ayo, tolong lihat ke arahku!”

“U-uhm, bagaimana ya. Sesekali coba pikirin sendiri, dong?”

“Yahhh…”

Urakawa-san jelas-jelas sedang menyembunyikan sesuatu. Jangan-jangan… dia sengaja merahasiakannya biar aku tetap tidak tahu!?

Saat aku tertunduk lesu, tiba-tiba kepalaku ditepuk-tepuk pelan.

“Yah, pokoknya… mulai sekarang juga, tolong jaga aku baik-baik ya, Otaku-kun.”

Ketika aku mendongak, yang menyambutku adalah senyuman paling cerah dari Urakawa-san.

Senyuman itu begitu memesona, sampai-sampai aku tak peduli lagi dengan arti stiker itu.

Dan tak mungkin aku ragu untuk menjawabnya.

“Ya! Mulai sekarang juga, tolong jaga aku baik-baik!”

PoV

Omotegawa Yui


Arti dari stiker itu…?

Jelas dong. Bisa atau tidaknya memetik bunga di puncak tebing, itu semua tergantung si pendaki.

Cuma mau bilang, gunung ini tinggi dan terjal, lho. Tidak bakal bisa ditaklukkan dengan cara biasa, gitu deh.

“Otaku-kun, kira-kira bisa tidak ya menaklukkan si Omote dengan bimbingan dari si Ura?”



Previous Chapter| ToC

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Chapter 1 Vol 1 Ura Gyaru-chan no Adobaisu wa 100-Pāsento Ataru. "Datte Kimi no Suki na Seijo-sama, watashi no Koto Dakara ne."